Sabtu, 11 Juni 2011

Bagi seorang Muslim yang berpikir positif, dia akan menyikapi kehidupan ini sebagai permainan dan hiburan.
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (Al-Hadid 20).
Ada saat-saat menegangkan, ada pula waktu-waktu yang menggembirakan. Ada susah ada bahagia, ibarat roda, tak selamanya di bawah dan tak seterusnya di atas. Roda berputar kadang di atas kadang di bawah.
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (Alam Nasrah 5-6).
Bagi yang sedang menikmati masa-masa bahagia dengan hidup serba kecukupan dan kepenuhan materi, jangan takabur dan siap-siaplah menghadapi takdir perubahan posisi. Bagi golongan melarat yang sedang dirundung duka, derita dan musibah, bersabarlah. Teruslah berikhtiar, berdoa dan tawakkal. Mudah-mudahan derita itu segera berakhir. Bila takdir Ilahi berubah dan tiba-tiba mengalami kemujuran nasib, maka ingatlah masa-masa sulit. Jangan lupakan derita orang yang pernah dirasakannya. Jadilah dermawan ikhlas.
Itulah isi dunia, permainan yang tetap mengasikkan, meski semu, tetapi menggairahkan dan jadi tontonan yang mengasikkan.
Sebagai Muslim sejati, kita harus bermain dengan sebaik-baiknya, wajar-wajar saja. Boleh saja hanyut dalam irama permainan, tapi jangan lupakan aturan main. Jika tidak, akan dapat kartu kuning atau bahkan kartu merah sehingga dicabut izinnya dari pentas kehidupan. [taz/voa-islam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar